Press "Enter" to skip to content

Kedua bocah ini harus menjadi pejuang rupiah, demi bantu meringankan beban hidup keluarganya

Pak bali onde-onde Pak (Pak beli onde-onde Pak)…?? Suaranya yang lirih sontak mengejutkanku yang tengah asik bekerja. Mendengar sumber suara tersebut, membuat hatiku langsung terenyuh. Sepasang tubuh mungil tengah mencoba merayuku untuk membeli dagangan khas Sumatra Barat yang mereka jajakan. Rasa iba bercampur bangga memyelimuti hati mendapati hal demikian. Terbesit dalam pikiranku  “kenapa Orang tuanya membiarkan mereka bekerja seperti ini…,??? karna menurutku di usia mereka ini adalah masa yang diisi buat belajar dan bermain. Tidak seharusnya mereka seperti ini, Namun apa dikata, kerasnya roda kehidupan telah menggilasnya. Tanpa pikir panjang 6 (enam) bungkus onde onde yang tersisapun langsung di borong habis dengan harapan hari ini dewi fortuna berpihak kepadanya.

Yaaa…. kisah ini kembali mengingatkan kita pada kisah viral sosok seorang Kapolres dengan pedagang onde-onde beberapa silam lalu yang menyita perhatian warga +62. Kisah yang terjadi ini hanyalah bersifat kebetulan, dan bukanlah sebuah Plagiat dari kisah yang ada.

Pada kesempatan sore itu (Senin,24/03/2020) aku mencoba untuk bertanya tentang keberadaan orang tua mereka, dibalik bibir mungilnya terselip jawab yang mengatakan bahwa ibunya sedang sakit, sehingga terpaksa ia harus menggantikan posisi ibu untuk berjualan ungkapnya, sementara ayahnya yang sebagai tulang punggung keluarga pun mesti bekerja banting tulang untuk menafkahi kebutuhan hidup. Dengan ekonomi yang sangat pas-pasan membuat kedua bocah tersebut ikut membantu meringankan beban kedua orang tuanya sebagai pejuang rupiah.

Feby dan Ari adalah sepasang kakak beradik yang berasal dari Beringin Gadut Kec. Lubuk Kilangan Padang. Feby sang kakak saat ini tengah duduk kelas 5 SD dan Ari yang masih berumur 6 (enam) tahun belum mengenyam bangku sekolah. Namun aral kehidupan mengharuskan nasibnya seperti ini.

Ari bocah periang tersebut berujar bahwa kalau besar nanti ia bercita cita untuk menjadi seorang Polisi, dengan alasan bisa menangkap penjahat. Sontak mengundang gelak tawaku melihat tingkah kepolosanya.

Tak terasa hampir kurang lebih 30 menit kita berbincang, melihat senja sudah memasuki ufuk timur membuat kami harus mengakhiri pertemuan, Sontak tangan mungilnya meraih tanganku sembari mencium tangan untuk berpamitan. Karena mereka harus buru-buru mencari angkutan umum untuk mengantarkanya kembali pulang setelah bertarung melawan dunia.

Ya Tuhan, betapa bersyukurnya Aku atas segala RahmatMu. Terkadang disaat ini masih banyak diluar sana yang masih kufur terhadap nikmatMU yang selalu merasa kekurangan dengan apa yang telah ia miliki.

Baca juga : “Cerita Motivasi hidup”

“POLRESTA PADANG LEBIH DEKAT LEBIH MELAYANI”

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mission News Theme by Compete Themes.